ane nemu berita unik nih walawpun cuma kopi paste..he..he…
————————————————
Mobil taksi bersopir dua
By : Y. Agustian
Taksi bersopir dua? Ya, taksi ini
memang bersopir dua, satu mobil taksi tapi supirnya dua orang. Taksi ini
bukan taksi umum seperti yang sering kita lihat atau kita tumpangi
seperti di kota Jakarta atau di kota lainnya. Taksi ini disediakan bagi
penumpang yang bepergian memakai mobil atau kendaraan. Lho? Orang
bepergian pakai kendaraan atau mobil kok sewa taksi? Bingung
kan?..he..he..
Jadi begini, taksi ini memang ada dua
sopir, mobilnya sendiri tampak seperti mobil taksi pada umumnya.
Stir-nya pun satu, tidak seperti gambar karikatur di atas. Atuh gimana kalau stirnya ada dua mah,
ntar kalo mau belok bisa rebutan, belum kalau sopir yang satu pengen
belok sementara yang satunya pengen lurus bisa berantem atau
tabrakan,..he..he…dibahas..
Taksi-taksi seperti ini banyak di jumpai
di Jepang di depan kedai minum, bar, snack dan tempat-tempat sejenisnya.
Dari sisi tarif, taksi ini lebih mahal dari pada taksi biasa, karena
tarif mengantarkan mobil termasuk di dalamnya. Lho?……Ya, Taksi ini
diadakan khusus bagi mereka yang teler karena bermabuk-mabukan di suatu
tempat, bar misalanya, untuk diantarkan pulang ke rumahnya, sementara
mobil yang dipakainya untuk sampai ke bar sebelum dia teler, akan
dipakai oleh supir yang satu-nya lagi itu. Jadi sebetulnya taksi ini
diadakan untuk menghindari kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh
the drunken driver .
Di Jepang sendiri pelanggaran terhadap
aturan yang tidak membolehkan menyetir dalam keadaan mabuk akan
mendapatkan sanksi yang sangat berat, seberat beratnya akan dikenai
denda sekitar 500 ribu yen atau masa kurungan penjara 5 tahun, SIM
dicabut dan tidak boleh menyetir selama 5 tahun. Pada umumnya orang
Jepang tidak mau mengambil resiko ini, mereka lebih memilih aman dan
tidak beresiko dengan menyewa taksi ini, diri dan mobil pun selamat
sampai rumah kalau mau bermabuk-mabukan di bar. Atau pergi ke bar waza-waza tidak menggunakan mobil atau kendaraan bermotor.
Dari beberapa razia yang dilakukan oleh
polisi, angka kasus menyetir sambil mabuk ini sangat kecil di Jepang.
Ini adalah bukti kesadaran orang-orang Jepang akan bahaya menyetir
sambil mabuk dan taatnya terhadap peraturan-peraturan yang sudah
ditetapkan beserta sanksi-sanksinya. Kita ketahui untuk mendapatkan SIM
di Jepang, sangat sulit. Untuk itu mereka tidak akan bertindak bodoh,
sehingga menyebabkan SIM-nya dicabut dan tidak mendapat izin untuk
menyetir mobil untuk satu masa tertentu. Kalau salah seorang dari
rekan-rekan pernah merasa gembira karena menjadi juara 1 perlombaan
panjat pinang pas 17 agustusan, mungkin seperti itulah rasanya orang
bergembira karena mendapat SIM Jepang. Haru, gembira, mencucurkan air
mata, kalau perlu nyembeleh kambing undang tetangga untuk ajak
makan-makan buat syukuran…he..he…. Yang jelas berbeda dengan jaman dulu,
duluuuu bangeet, tatkala mendapatkan SIM di Bandung (nggak tau
sekarang…). Datar, lurus, tak berperasaan, boro-boro menitikan air mata
yang ada malah cengengesan , karena dari awal sudah tahu bakalan dapet tuh SIM.
Satu lagi kita bisa belajar dari
masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang sangat patuh aturan. Patuh pada
aturan bukan karena dilihat oleh pihak berwajib, tapi dilandasi
kesadaran kenapa ada suatu aturan tersebut, termasuk akan bahaya-bahaya
yang ditimbulkan apabila melanggarnya.
Pendidikan sejak dini mengnai
keharusan mantaati peraturan, mungkin bisa jadi penyebab orang Jepang
sangat patuh pada aturan. Hal ini dialami oleh anak-anak saya yang
berada di sebuah play group. Mereka dari awal sudah diperkenalkan dengan
rambu-rambu lalulintas, cara berjalan yang baik di trotar dan lain
sebagainya. Tidak jarang pihak sekolah mengundang dengan sengaja seorang
polisi untuk memberi penerangan secara langsung kepada anak-anak.
Program yang sangat bagus untuk mensosialisasikan sosok polisi sebagai
pengayom masyarakat dan bukan sosok menegangkan dan menakutkan dengan
atribut-atrbut negatif yang disandangnya seperti gambaran polisi di
sebuah negeri antah berantah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar